Rabu, 01 Maret 2017

Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Naik

Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Naik

JAKARTA - Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan pada semester II (dua) tahun ini karena didorong oleh faktor ekonomi domestik dan juga dinamika ekonomi global.
"Ditopang dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan juga tekanan dari global 'interest rates' yang didorong oleh The Fed, kami memperkirakan adanya kemungkinan BI akan menaikkan suku bunganya 25 basis poin di semester II tahun ini," ujar Gundy di Jakarta.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pertengahan Januari memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) di level 4,75%. RDG juga memutuskan suku bunga deposit facility tetap 4% dan lending facility juga tetap 5,5% yang berlaku efektif sejak 20 Januari 2017.
Bank sentral menyatakan keputusan tersebut sejalan dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
"Ruang untuk BI menurunkan suku bunga acuannya bisa dibilang nyaris tidak ada untuk tahun ini," kata Gundy.
Setelah mencatat kinerja yang relatif baik selama tahun 2016, prospek perekonomian nasional ke depan diperkirakan tetap membaik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga.
Kendati demikian, sejumlah risiko di 2017 tetap patut diwaspadai, baik yang bersumber dari global, terutama terkait arah kebijakan AS dan Tiongkok serta kenaikan harga minyak dunia, maupun dari dalam negeri terutama terkait dengan dampak penyesuaian harga yang ditetapkan pemerintah (administered prices) terhadap inflasi.
Disamping itu, Gundy Cahyadi juga memprediksi suku bunga Bank Sentral AS The Fed akan naik hingga sebanyak empat kali pada tahun ini.
"Kami masih memiliki pandangan bahwa US Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali sepanjang tahun ini," ujar Gundy.
Ia menuturkan, pemulihan di Amerika Serikat telah terus berlanjut. Masalah ketenagakerjaan yang terjadi setelah krisis finansial global pada 2008-2009 yang lalu, boleh dibilang hampir 100 % hilang.
"Perekonomian AS saat ini telah kembali di level full-employment. Selain itu, inflasi juga telah mencapai target The Fed, melewati level 2% sejak Desember 2016," katanya.
Gubernur The Fed Janet Yellen sendiri sebelumnya mengatakan bahwa kebijakan fiskal adalah salah satu faktor yang akan mempengaruhi arah kebijakan moneter selama beberapa tahun ke depan. Namun ia menegaskan kembali bahwa masih terlalu dini untuk menilai dampak dari kemungkinan perubahan kebijakan ekonomi, karena ukuran, waktu dan komposisi perubahan tersebut masih belum pasti.
Yellen juga menekankan bahwa bank sentral mungkin akan terus menaikkan suku bunga secara bertahap, karena ekonomi tampaknya tidak mungkin meningkat secara kuat dalam waktu dekat, karena faktor-faktor seperti permintaan luar negeri yang lemah dan pertumbuhan pasar tenaga kerja lebih lambat.
Namun, beberapa pejabat Fed mengisyaratkan bahwa bank sentral dapat mempercepat kenaikan suku bunga, jika bauran kebijakan fiskal baru yang diperkenalkan oleh pemerintahan baru dan kongres meningkatkan inflasi. Suku bunga The Fed sendiri saat ini berada di kisaran 0,5-0,75% di mana pada awal Februari 2016 lalu FOMC sepakat untuk mempertahankan di level tersebut.
(dni)

Sumber : okezone.com

0 komentar:

Posting Komentar