Kamis, 26 Januari 2017

Pemerintah Siasati Lemahnya Investasi

Pemerintah Siasati Lemahnya Investasi




Sri Mulyani
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan ekonomi global, termasuk karena Brexit di Eropa dan tak pastinya ekonomi Amerika Serikat, membuat nilai investasi asing di Indonesia ikut melemah. Tahun 2016 lalu, nilai realiasi investasi asing di Indonesia sedikit melambat dibandingkan tahun 2015.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, secara year on year, realisasi investasi asing (PMA) dari 2015 ke 2016 hanya tumbuh sekitar 7 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, sumber investasi Indonesia sebetulnya tak hanya berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) namun juga dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Di sisi lain, domestic saving Indonesia juga ia yakini masih dalam kondisi yang stabil. Namun, lemahnya investasi ke dalam negeri diterjemahkan menjadi melambatnya pertumbuhan industri yang berujung pada lambatnya pertumbuhan kredit.

Sri melanjutkan, pelemahan ini bisa disubtitusi oleh dorongan pemerintah di tahun 2017 ini untuk mendongkrak PMA dan PMDN. Ia yakin, membaiknya harga komoditas dan kuatnya fudamental ekonomi dalam negeri masih bisa memberikan keyakinan bagi investor untuk menanamkan modal mereka.

Tak hanya itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyebutkan pertumbuhan kredit di tahun 2017 ini akan membaik dibanding tahun 2016 lalu. Sri menyebutkan, target pertumbuhan kredit tahun ini akan didorong ke angka 12 persen.

"Tentu itu sangat bergantung kepada konfiden terhadap sektor usaha sehingga ekspansi kredit itu bisa di-justify dengan volume dan perkembangan dari sektor usaha ekonomi," ujar Sri di Jakarta, Kamis (26/1).

Selain itu, Sri juga meyakini minat pasar global untuk membelu surat utang Indonesia, baik dari pemerintah atau dari swasta, masih cukup tinggi. Dengan yield rendah yang dijaga tetap menguntungkan pemerintah, dan risiko yang dijaga rendah, Sri yakin persepsi pasar terhadap Indonesia masih positif.

"Dari sisi corporate bond dan saving masyarakat Indonesia ataupun dari masyarakat internasional yang mau membeli obligasi Indonesia dalam bentuk rupiah, itu adalah sesuatu yang tunjukkan bahwa holding atau memegang denominasi rupiah drai sisi korporat atau govt bonds adalah sesuatu yang positif," ujar Sri.
Sumber : Republika.co.id


0 komentar:

Posting Komentar