Minggu, 22 Januari 2017

Trump Dilantik, IHSG Berpotensi Melemah

Trump Dilantik, IHSG Berpotensi Melemah


Jakarta - Ada beberapa kejadian penting pada penutupan perdagangan pekan lalu. Kemarin, Donald Trump telah resmi dilantik sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Namun, pidato Trump yang lagi-lagi di luar harapan sebabkan para pelaku pasar resah dan dolar pun kembali melemah. Mengapa ya?

Sementara itu, sektor CPO sempat alami koreksi dan melemahkan harga CPO. Apa penyebabnya ? Apakah CPO masih berpotensi menguat di tahun 2017 ini? Sambil menyiapkan aktivitas Anda hari ini, nanti akan kita bahas mengenai Trump dan sektor CPO. Temukan jawabannya dan simak tuntas ulasan market hari ini, serta saham pilihan hari ini, hanya di #Kopipagi 23 Januari 2017.

IHSG pada perdagangan Jumat pekan lalu ditutup melemah 0,84% ke level 5.254,31, setelah paginya juga dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,16% di level 5.290,56. Pelemahan IHSG ini, diakibatkan oleh aksi wait and see para trader menjelang pelantikan Trump Jumat kemarin.

Sementara itu, Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,48% ke posisi 19.827,25, sedangkan indeks S&P 500 naik 0,3% ke 2.271,31.

Ini adalah kali pertama indeks menguat setelah pelantikan presiden AS dalam lebih dari 50 tahun terakhir. Terakhir kali bursa Wall Street menguat pada hari pelantikan presiden baru pada 20 Januari 1961, ketika John F. Kennedy dilantik menggantikan Eisenhower. Indeks S&P naik 0,32% dan Dow Jones menguat 0,31% kala itu.

Saya lihat hari ini IHSG berpotensi untuk melemah, menguji area support 5.200 pasca pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS. Mengapa?

Dampak Pidato Pasca Pelantikan Trump

Sebelum membahas pidato Trump saat dilantik, penting sekali bagi Anda untuk baca artikel Trump Effect, atau lihat video Trump Effect yang sangat berguna sekali untuk strategi trading dan investasi 2017 di bit.ly/downloadvideotrump karena melalui video tersebut Anda akan memahami strategi Trump dan apa dampaknya jika kebijakannya diimplementasikan.

Dalam pidato saat pelantikannya kemarin, Trump mengatakan kebijakan AS akan membeli dan mempekerjakan warga AS, mengulangi apa yang telah Ia katakan berulang kali selama kampanye.

Para pelaku pasar yakin, komentar tersebut mengarah ke realisasi kebijakan perdagangan proteksionis Trump. Padahal, investor berharap pidato pertama Trump sebagai presiden akan lebih menyoroti rencana belanja fiskal, pemotongan pajak dan reformasi peraturan. Sebaliknya, Trump malah memfokuskan pidatonya pada kebijakan untuk mengedepankan Amerika, dengan tajuk 'America First' melalui kebijakan proteksionisnya.

Akibat pidato tersebut, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya, ditutup melemah 0,41% ke level 100,74. Pidato Trump yang lebih fokus pada proteksionisme mengakibatkan pasar menolak ide proteksionisme tersebut, karena hal itu berarti perang perdagangan, yang tentunya tidak akan baik untuk dolar. Indeks dolar telah meningkat sekitar 3% sejak 8 November kemenangan pemilu Trump, tapi telah menyusut sekitar 1,3% pada bulan Januari, seiring tumbuhnya kekhawatiran tentang retorika proteksionis Trump dan komentar terbaru tentang ketidakpuasan dengan dolar yang kuat.

Dolar Tertekan, Rupiah Potensi Menguat

Mata uang rupiah berpeluang kembali menguat ke area Rp 13.300 per dolar dalam sepekan depan seiring pidato pelantikan Donald Trump yang tidak sesuai ekspektasi dan penantian pasar terhadap rilis data pertumbuhan domestik bruto (PDB) AS. Rupiah mengakhiri perdagangan Jumat lalu dengan pelemahan tipis 0,25% ke posisi Rp 13.410 per dolar AS. Depresiasi rupiah sedikit tertahan oleh kebijakan BI yang memertahankan suku bunga 7-Days Reverse Repo (7DRR) Rate di level 4,75%. Kebijakan ini membuat rupiah tetap menarik untuk dikoleksi investor.

Untuk sepekan ke depan, sinyal penguatan rupiah sudah terlihat setelah pelemahan indeks dolar pasca pelantikan Trump. Hal ini tidak lepas dari pidato inagurasi Trump dengan gaya yang keras dan menunjukkan adanya perbedaan kebijakan ke depan dibandingkan Obama. Perbedaan kebijakan semakin kentara akibat dibatalkannya program ObamaCare oleh Trump. ObamaCare merupakan regulasi sistem pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan keterjangkauan masyarakat. Selain itu, pidato Trump belum menunjukkan kejelasan kebijakan-kebijakan sang presiden, sehingga pelaku pasar masih menunggu.

Pasar semakin kurang berselera terhadap dolar karena menunggu rilis data PDB AS periode kuartal IV-2016 kategori advance pada Jumat lalu. Konsensus memperkirakan data PDB hanya akan tumbuh 2,1% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,5%. Sebagai informasi, data PDB Amerika dikeluarkan dalam tiga tahap setiap bulan, yakni advance (terdepan), preliminary (selanjutnya), dan final (akhir). Data PDB advance cenderung memiliki dampak yang paling besar.

Sempat Terkoreksi, CPO 2017 Masih Potensi Meningkat

Pergerakan negatif harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) berlanjut pada awal perdagangan hari Jumat , setelah berakhir melemah pada sesi perdagangan sebelumnya. Kontrak berjangka CPO untuk April 2017, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, Jumat lalu dibuka dengan pelemahan 0,77% di posisi 3.107 ringgit per ton. Pergerakannya kemudian turun 0,35% ke level 3.120 ringgit per ton pada pukul 09.58 WIB. Koreksi ini masih bersifat sementara, yang disebabkan oleh investor yang menjual minyak sawit demi mendapatkan untung. Selain itu, pasar juga masih memantau permintaan ekspor dari Malaysia.

Pada tahun 2016 lalu, pergerakan harga CPO masih sangat kuat. Tren penguatan harga CPO bisa berlanjut ke awal tahun depan. Pada paruh kedua tahun ini, CPO melaju dengan dorongan kenaikan harga minyak mentah dunia. Faktor lain yang menopang CPO adalah pelemahan mata uang ringgit akibat spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Permintaan CPO sebenarnya masih terlihat lesu. Data Intertek Testing Service menujukan ekspor CPO Malaysia periode 1 - 25 Desember tergerus 5,6% menjadi 845.441 ton dibanding periode sama bulan sebelumnya. Tetapi produksi CPO juga belum pulih akibat badai El Nino yang menyebabkan cuaca kering.

Dolar AS diduga masih akan terus melaju di tengah rencana kenaikan suku bunga The Fed pada tahun 2017 ini. hal ini mengakibatkan ringgit akan berada di bawah tekanan dan membawa sentimen positif pada CPO. Di samping itu, CPO juga dalam laju positif jika harga minyak menanjak dengan dorongan pembatasan produksi OPEC. Perayaan tahun baru imlek pada akhir bulan ini juga akan dapat memicu permintaan dan menaikkan harga CPO.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai sektor komoditas CPO di tahun 2017 ini? Lalu, saham-saham apa saja yang berpotensi melonjak akibat kenaikan harga CPO nanti? Dapatkan jawabannya dalam artikel mengenai "Peluang Sektor CPO 2017" yang sebentar lagi akan saya rilis.

Apa Saham Pilihan Hari Ini ?

Masih dari sektor properti, hari ini, cermati saham BSDE, ASRI, SSIA, dan BEST.

Simak strategi trading selengkapnya di Monthly dan Daily Hotlist yang akan terus diupdate setiap pagi, exclusive bagi member premium access. Daftar sekarang di bit.ly/daftarpremiumaccess

Salam profit, (wdl/wdl)


Sumber : detik com

0 komentar:

Posting Komentar