Minggu, 18 September 2016
Begini Cara 3 Lembaga Negara Bawa Pasar Keuangan RI Naik Kelas
23.27
No comments
Tiga
institusi negara, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank
Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggenjot program
pendalaman pasar keuangan di Indonesia.
Salah satunya untuk membangun infrastruktur di Tanah Air yang membutuhkan
investasi Rp 5.000 triliun hingga 2019.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan,
kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia sangat mendesak.
Negara ini, sambungnya, hanya bisa bertumbuh dengan sehat jika ada pemerataan
infrastruktur ke seluruh penjuru Indonesia, bukan saja terpusat di Jawa.
"Kalau kita bisa memobilisasi kapasitas infrastruktur di seluruh wilayah
Indonesia, ekonomi kita bisa tumbuh dengan sehat, menekan angka kemiskinan dan
pengangguran," ujar Sri Mulyani saat Seminar Internasional Financial
Market Deepening di Gedung BI, Jakarta, Senin (19/9/2016).
Indonesia, Ia menuturkan, masih menghadapi tantangan kemiskinan dan
pengangguran yang cukup tinggi dibanding negara berkembang lain. Meskipun
populasi orang miskin sudah turun dari 11,3 persen menjadi 10,9 persen di 2016,
namun Sri Mulyani mengakui angkanya masih berada
pada level dua digit.
"Masih butuh usaha dan kerja keras untuk menurunkannya, termasuk untuk
angka pengangguran dan gini ratio (ketimpangan orang kaya dan
miskin). Jadi pemerintah ingin mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang,
inklusif, berkualitas, dan menumbuhkan kesempatan kerja demi mengurangi
ketimpangan," jelas dia.
Dalam hal ini, Sri Mulyani mengaku, pembangunan proyek infrastruktur menjadi
jalan keluar atas permasalahan tersebut. Negara ini, lanjutnya, membutuhkan
pendanaan cukup besar untuk merealisasikannya. Selama ini sumber pembiayaan
infrastruktur paling utama berasal
dari perbankan.
"Sektor perbankan berkontribusi 4,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) di 2016 atau naik dari 3,9 persen di tahun lalu dan 3,5 persen di periode
2010. Sektor perbankan masih mendominasi industri keuangan dengan aset 78,7
persen dari total aset industri keuangan,"
ujar dia.
Menurut Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, ketergantungan Indonesia
terhadap sektor perbankan sangat besar. Sementara peran di industri asuransi,
lembaga pembiayaan, pasar modal, Sri Mulyani menilai masih sangat rendah.
"Ke depan, ketergantungan kepada bank tidak sehat bagi kita dilihat dari
kemampuan bank menyalurkan kredit untuk pembangunan infrastruktur. Jadi kita
perlu mengembangkan pasar keuangan karena pendalaman pasar keuangan kita lebih
baik dari Vietnam, tapi lebih
buruk dari Singapura dan Malaysia," ujar dia.
Paling penting, Sri Mulyani mengatakan, pembangunan
infrastruktur bukan hanya menyangkut persoalan uang. Pemerintah berupaya untuk
menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga menarik minat investasi dari
berbagai pihak di dalam maupun luar negeri.
"Pembangunan infrastruktur bukan hanya tentang uang, tapi banyak hal
seperti regulasi, kemampuan menarik investasi sektor swasta. Kita harus mampu
berkompetisi dengan negara lain, termasuk mengenai pricing infrastruktur,"
tutur Sri Mulyani
Dalam kesempatan sama, Gubernur BI Agus Martowardojo menambahkan, pendalaman
pasar keuangan, selain perbankan dapat meningkatkan PDB suatu negara. Ia
menuturkan, banyak negara telah mendapatkan manfaat dari pasar keuangan yang
dalam.
"Aset keuangan di Indonesia terhadap PDB masih rendah dibanding negara
tetangga, seperti pasar obligasi kita cuma 15 persen dari PDB," ujar Agus.
Atas dasar ini, Agus mengaku, BI telah mengubah acuan suku bunga dari BI Rate
menjadi 7 Day Reverse Repo Rate untuk mendukung pendalaman pasar keuangan di
Indonesia. Juga upaya lain, seperti menyempurnakan aturan Jibor, penyiapan
produk lindung nilai (hedging), dan lainnya.
"Kita optimis dengan segala upaya ini dapat memperdalam pasar keuangan dan
membuat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Misalnya di pasar modal, khususnya
pasar obligasi sehingga membuat kesiapan Indonesia dalam jangka menengah dan
panjang," harap Agus.
Sumber : Liputan6.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar