Senin, 03 Oktober 2016

Anda si Boros atau si Pelit?


Kata-kata tersebut akrab dengan kita sejak kecil, demikian juga dengan gembar-gembor menabung. Kita sudah mengerti pentingnya menabung dan juga investasi, bahwa kita juga memerlukan sejumlah dana yang 'diam' di rekening untuk jaga-jaga, atau pun untuk tujuan keuangan apapun yang kita inginkan. Tapi walaupun dengan mengerti pentingnya menabung tersebut, masih sulit bagi kita untuk menabung, betul kan?
 

Nah, menurut penelitian yang dilakukan oleh Rick, Cryder dan Loewenstein yang berjudul Tightwads and Spendthrifts (Orang Pelit dan Orang Boros) yang dipublikasikan di Journal of Consumer Research, ternyata kebiasaan menabung dan kebiasaan berbelanja berkaitan erat dengan bagian di otak kita. Para peneliti menganalisa aktivitas otak yaitu di bagian insula, yang terstimulasi ketika kita mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan. Semakin banyak stimulasi yang diterima insula, berarti peristiwa yang kita alami semakin tidak menyenangkan.
 

Dalam hal keuangan, insula terstimulasi ketika responden berbelanja/mengeluarkan uang. Respons dari insula ini membuat peneliti berkesimpulan: orang yang insulanya banyak terstimulasi, cenderung merupakan orang yang pelit (berarti tidak nyaman mengeluarkan uang), dan sebaliknya orang yang insulanya sedikit terstimulasi cenderung boros (menikmati mengeluarkan uang).
 

Tentunya stimulasi pada insula tidak bisa kita kendalikan, namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyeimbangkan hidup kita. Lagipula, perencanaan keuangan selalu menganjurkan keseimbangan antara bersenang-senang saat ini dan perencanaan masa depan.

Si Boros
Orang yang boros memiliki motto: lebih baik beli sekarang daripada nantinya kepikiran. Anda yang berpegang teguh pada motto ini biasanya tidak punya uang banyak di tabungan, tapi Anda tidak terlalu kepikiran akan hal itu. Anda menikmati sensasi menyenangkan ketika berbelanja. Ini sudah berlangsung untuk waktu yang lama dan keuangan Anda rasanya baik-baik saja kok. Namun jika Anda mengetahui seberapa banyak yang sudah Anda belanjakan secara impulsif, maka kemungkinan besar Anda ingin mengurangi kebiasaan Anda tersebut.

Yang dapat Anda lakukan:
1. Sadari seberapa besar pengeluaran belanja Anda, hindari menggunakan kartu kredit/kartu debit. Bayar dengan uang cash agar Anda sadar uang yang sudah Anda keluarkan.
2. Beri penghargaan untuk diri sendiri ketika Anda berhasil mencapai target tabungan.
3. Sebelum membayar barang belanjaan, tanya kepada diri sendiri apakah Anda benar-benar butuh barang tersebut. Belajarlah membedakan keinginan dan kebutuhan.
4. Tanyakan kepada diri Anda sendiri, persiapan apa yang sudah Anda lakukan untuk masa depan, bagaimana Anda akan mempertahankan gaya hidup saat pensiun nanti, bagaimana Anda akan membiayai kuliah anak Anda dan lain sebagainya.
 

Si Pelit
Orang yang cenderung menahan diri untuk membeli sesuatu bahkan ketika mereka membutuhkan barang tersebut, masuk dalam kategori yang kedua ini. Anda lebih puas melihat angka di rekening yang terus menanjak naik daripada menggunakannya untuk berbelanja. Jika orang yang boros menikmati sensasi ketika mereka berbelanja, orang yang cenderung pelit merasakan sensasi yang sama ketika mereka bisa menghemat pengeluarannya. Menabung memang bagus, tapi apakah Anda malah jadi tidak menikmati hidup demi angka tabungan?

Yang dapat Anda lakukan:
1. Hindari menggunakan kartu kredit. Anda sudah punya uang/anggaran untuk bersenang-senang, maka menggunakan tabungan akan menghindarkan Anda dari beban pikiran membayar kartu kredit.
 
2. Anggap pembelian/belanja Anda sebagai penghargaan/reward atas kerja keras Anda, supaya pikiran Anda tidak menganggapnya sebagai pemborosan.
3. Pikirkan masa depan: apakah Anda akan menyesali sesuatu hanya karena Anda tidak ingin menghabiskan uang untuk sedikit bersenang-senang?

Terstimulasinya insula atau cara kerja otak memang tidak bisa dikendalikan, namun kendali atas hidup Anda sepenuhnya berada di tangan Anda, dan Anda bisa memilih untuk menjalani hidup sepenuh hati, dengan bertanggung jawab.
 

Sumber : detik.com


0 komentar:

Posting Komentar