Kotoran sapi bisa
dijadikan bahan bakar alternatif dengan mengolahnya menjadi biogas. Namun siapa
sangka, omzet dari usaha yang digeluti Bambang Boedi Cahyonountuk mengolah
kotoran sapi ini mencapai Rp 4 miliar per tahunnya.
Cahyono adalah bos dari
CV Energi Persada, unit usaha yang bergerak di bidang instalasi biogas, dengan
daerah operasi di Bandung Utara. Terhitung sudah tujuh tahun Cahyono bergelut
dengan kotoran sapi ini yang dimulai bersama Koperasi Peternak Sapi Bandung
Utara (KPSBU).
Bermula dari
keprihatinan terhadap lingkungan sekitar
Awalnya, pria kelahiran
Lumajang, Jawa Timur ini mengaku prihatin dengan melihat banyak kotoran sapi
yang dibuang begitu saja di daerah Lembang, sehingga menimbulkan pencemaran air
sungai. Salah satunya adalah sungai Cikapundung yang mengalir ke Bandung.
Lembang memang
merupakan salah satu sentra pertanian sayur dan peternakan sapi perah di
Indonesia. Lebih dari 20 ribu ekor sapi yang dipelihara oleh lebih dari 5 ribu
peternak yang tergabung dalam KPSBU.
Dari rasa prihatinnya
itulah yang mendorong Cahyono untuk berinisiatif mencari solusi atas masalah
pencemaran yang ditimbulkan dari kotoran sapi. Ia menggali informasi mengenai
teknologi biogas yang memberikannya ide untuk memanfaatkan kotoran sapi menjadi
bahan bakar alternatif.
Ide ini kemudian
dikembangkan dengan membuat desain reaktor biogas skala rumah tangga sebagai
sumber energi alternatif rumah tangga peternak sapi perah. Cahyono pada waktu
itu hanya berharap bawa dengan teknologi ini masyarakat Lembang bisa
memanfaatkan kotoran sapi sehingga kotoran sapi tidak lagi mencemari lingkungan.
Namun siapa sangka, ide
yang bermula dari kepedulian ini terus berkembang menjadi sebuah badan usaha
yang menjadi penyedia instalasi reaktor biogas bagi peternak sapi. Selain itu
bahkan juga terbentuk bengkel produksi peralatan biogas seperti kompor, kran
biogas, waterdrain, alat ukur tekanan biogas, sambungan perpipaan dan lain
sebagainya.
Selama 7 tahun berjalan
kerja sama dengan KPSBU, usaha ini telah berhasil menghadirkan 908 unit reaktor
biogas konstruksi bata semen cor bagi peternak KPSBU. Permintaan terus
bertambah, kredit biogas juga terus berjalan. Hal ini membuktikan bahwa
peternak percaya dan menggunakan teknologi ini.
Manfaat yang dihasilkan
memang luar biasa. Selain mengelola 2,7 ton kotoran sapi dari masalah
pencemaran lingkungan, sudah ada sekitar 2500 KK yang sudah tidak lagi
mengonsumsi elpiji, minyak tanah, kayu atau bahan bakar lain untuk memasak.
Komitmen dan keuletan
Selain dari manfaatnya,
sukses yang dicapai Cahyono tidak lepas dari komitmen dan keuletannya.
Instalasi reaktor biogas yang digunakan oleh Cahyono didesain hingga umur lebih
dari 25 tahun, dengan mengacu pada desain dari Nepal yang sudah digunakan sejak
tahun 80-an.
Dalam menjaga mutu, Ia
memberikan garansi dengan memperbaiki unit yang mengalami kegagalan konstruksi
karena berbagai hal. Cahyono mengaku bahwa kasus yang terjadi sedikit sekali,
kurang dari 20 unit, atau tidak mencapai 3 persen dari total yang sudah
dibangun di Lembang. Dan itu pun sudah diperbaiki semua.
Tidak hanya di Lembang,
permintaan dari koperasi dan organisasi lain juga terus berdatangan. Direktorat
Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM
selama beberapa tahun terakhir juga terus mengadakan reaktor biogas di berbagai
penjuru nusantara. Kegiatan yang sama juga dilakukan berbagai instansi
pemerintah daerah.
Ini menyebabkan konsep
usaha Cahyono meluas menjadi tingkat nasional. Ribuan unit peralatan instalasi
biogas seperti kompor biogas, kran biogas dan waterdrain juga sudah
dikirimkan ke berbagai penjuru nusantara. Permintaan pengadaan reaktor biogas
di Lembang dan di luar daerah terus berjalan. Begitu juga permintaan pelatihan
dan pengembangan masyarakat dengan teknologi biogas di berbagai daerah.
Dalam kerja sama dengan
organisasi lain atau instansi pemerintah secara nasional, Cahyono mengaku sudah
membangun, melatih dan mendampingi lebih dari 1700 unit pembangunan reaktor
biogas model bata semen cor. Permintaan dari organisasi lain juga terus
berdatangan, permintaan kerja sama ulang juga terus berlanjut.
Tidak hanya kotoran
sapi
Saat ini, Cahyono
mengaku sedang terlibat aktif dalam menghadirkan solusi pengelolaan sampah
organik di kota Bandung dengan menggunakan teknologi biogas. Model kegiatan
yang sama sedang ditawarkan untuk 10.000 reaktor pengolah sampah organik di
Bandung. Prototipe digester pengolah sampah sudah berjalan beberapa
unit dalam 2 tahun terakhir.
Seperti halnya dulu
mengatasi masalah kotoran sapi di Lembang, Ia berharap biogas ini mampu menjadi
salah satu solusi bagi kita semua dari permasalahan sampah di perkotaan.
Kisah sukses Bambang
Boedi Cahyono ini membawanya menjadi salah satu nominasi dalam Danamon Social
Entrepreneur Awards 2016. Ayo dukung dia sebagai PERAIH FAVORIT Danamon Social
Entrepreneur AwardS 2016 di http://www.danamonawards.org/. (adv)
Sumber : kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar