Minggu, 09 Oktober 2016
Heboh, IMF Terpelongo Lihat Indonesia Negara Berkembang Berkinerja Terbaik di Dunia
22.46
No comments
Dana Moneter Internasional (International
Monetary Fund/IMF) menilai, Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang
memiliki kinerja terbaik pada tahun 2015. Keberhasilan ini tidak terlepas dari
pengelolaan manajemen ekonomi yang baik serta timing reformasi yang tepat pada
waktunya, khususnya untuk subsidi bahan
bakar minyak (BBM).
Hasil asesmen IMF terhadap Indonesia yang dimuat dalam laporan hasil
asesmen Article IV Consultation, dan dimuat di laman IMF Selasa (15/3)
menunjukkan, adanya penguatan signifikan dalam kerangka kebijakan Indonesia
selama beberapa tahun terakhir dan telah meningkatkan ketahanan makro ekonomi,
sehingga berhasil memperkuat stabilitas makro ekonomi dan mendukung
pertumbuhan.
Hal tersebut membua Indonesia berhasil meminimalkan dampak gejolak
eksternal yang sulit pada tahun 2015, yang antara lain ditandai dengan jatuhnya
harga komoditas, pergeseran kondisi keuangan global, dan pertumbuhan yang
melamban di negara mitra dagang.
“Selama beberapa tahun terakhir, manajemen moneter yang baik dan sikap
fiskal yang bijaksana telah memperkuat stabilitas makro ekonomi dan mendukung
pertumbuhan ekonomi,” kata Kepala Misi IMF untuk Indonesia Luis E. Breuer
sebagaimana dikutip dari laman IMF pada Selasa (15/3).
Menurut Breuer, kinerja ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 telah
menunjukkan hasil yang baik, yang antara lain ditandai dengan capaian
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, inflasi yang tepat sasaran serta
defisit neraca transaksi berjalan yang menurun.
“Kinerja makroekonomi Indonesia baik di tahun 2015. Meskipun lingkungan
eksternal lebih lemah, namun pertumbuhan ekonominya tetap merupakan salah satu
yang tertinggi di antara negera berkembang, yaitu 4,8 persen di tahun 2015.
Inflasi jatuh ke dalam kisaran target bank sentral (3-5 persen), dan defisit
neraca sekarang ini menyempit,” urai Breuer.
Namun demikian, untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan yang
kuat, IMF mengingatkan pemerintah perlu mendorong dan memperluas reformasi yang
sedang berlangsung. Hal ini penting
untuk meningkatkan investasi infrastruktur, memperkuat lingkungan bisnis
dan membuka perdagangan.
Sebagai informasi, Article IV Consultation merupakan bagian dari aktivitas
monitoring (surveillance) IMF yang dilakukan setiap tahun sekali terhadap
setiap negara anggota. Asesmen dilakukan terhadap kebijakan moneter, fiskal,
nilai tukar, risiko kerentanan yang muncul dari volatilitas aliran modal, serta
isu kelembagaan dan struktural di Indonesia. Article IV consultation tahun 2015
dilaksanakan pada 3-17 Desember 2015, dipimpin oleh Luis E. Breuer.
Sementara itu Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2016 berkisar sebesar 5,1 persen dan 5,3% untuk tahun 2017. Angka ini
terkoreksi 0,2 persen lebih rendah dibanding proyeksi pada Bulan Desember 2015.
Namun, ini berarti Bank Dunia melihat ada peluang untuk perbaikan ke atas jika
dibanding pertumbuhan Indonesia tahun lalu yang sebesar 4,79 persen.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A. Chaves mengatakan,
angka pertumbuhan Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kebanyakan negara pengeskpor komoditas lainnya. “Tapi pertumbuhan di bawah 6
persen tidak cukup untuk menampung 3 juta anak muda Indonesia yang memasuki
pasar kerja setiap tahunnya,” tegas Rodrigo seperti dilansir melalui siaran
pers Indonesia Economic Quarterly pada Selasa (15/03).
Menurut Rodrigo, pulihnya ekonomi Indonesia akan bergantung pada kebijakan
untuk memperbaiki iklim usaha, menarik investasi swasta yang lebih banyak,
serta diversifikasi ekonomi. “Perbaikan yang lebih tangguh butuh investasi
swasta yang kuat dan reformasi kebijakan yang komprehensif dan keberlanjutan
guna memperbaiki iklim usaha,” tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame
Diop mengatakan bahwa Indonesia masih
punya banyak industri yang dapat dikembangkan, seperti manufaktur. Dengan
dukungan pemerintah, industri manufaktur dapat mendukung peningkatan laju
pertumbuhan.
“Tapi sektor-sektor ini menghadapi banyak tantangan regulasi. Pemerintah
tengah menjalankan berbagai reformasi dalam enam bulan terakhir ini. Namun
beberapa langkah tambahan mungkin dapat meyakinkan para investor dan memperkuat
upaya investasi,” jelas Ndiame. (Humas Kemenkeu/ES)
Sumber:lensaberita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar